Penulis :
Muhammad Rais, M.Pd.I
Penerbit : CV. Pustaka Ilmu
Cetakan : April 2013
Tebal
Halaman : v-174
ISBN : 978-602-78531-5-7
Seringkali, masyarakat beranggapan
bahwa Madrasah merupakan lembaga pendidikan yang kurang memiliki daya saing
dibanding dengan lembaga pendidikan sederajat lainnya. Ada beberapa alasan yang
menjadikan munculnya asumsi semacam itu, antara lain adalah keberadaan Madrasah dipandang sebagai lembaga pendidikan yang
lebih banyak menfokuskan diri pada pengajaran ilmu agama.
Menguatanya asumsi seperti di atas
ini menjadikan beberapa kalangan masyarakat menilai, bahwa Madrasah kurang
memberikan perhatian yang lebih terhadap potensi akademik anak tapi sebaliknya
lebih mengedepankan pembinaan moral dan agama (hlm.8). Tentu, asumsi mereka
tidak sepenuhnya bisa dipersalahkan, mengingat Madrasah memang sangat identik
dengan sekolah ke-Islam-an yang tidak boleh tidak harus mengedepankan materi
yang menyangkut masalah Islam itu sendiri.
Namun, kalangan masyarakat lainnya
menilai, bahwa Madrasah merupakan lembaga pendidikan yang tepat untuk membina
anak didik dengan ilmu agama, moral dan etika. Asumsi ini tentu saja juga
didasarkan pada realitas remaja masa kini dimana kehidupan mereka –menurut
sebagian penilaian- sudah sangat jauh menyimpang dari rambu-rambu agama dan
etika.
Dualisme sudut pandang masyarakat
mengenai Madrasah ini secara tidak langsung menjadikan Madrasah seakan berada
pada posisi tawar yang gamang. Satu sisi, Madrasah yang ada saat ini sudah jauh
melampaui stereotip pandangan masyarakat sebelumnya, yang menganggap Madrasah
hanya mengajarkan agama dan moral namun kurang memperhatikan potensi akademik
anak. Namun disisi yang lain, tidak mudah juga untuk mengubah asumsi yang sudah
kadung tercipta sekain lama itu.
Reformasi kebijakan pendidikan yang
salah satunya melahirkan UU No 20 Tahun 2003, bahwa “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta
tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa,” tidak serta merta
berhasil menghapus pandangan sebagian masyarakat bahwa ada dikotomi lembaga
sekolah, yakni sekolah negeri (SD, SMP, SMA, SMU) dan sekolah swasta (MI, MTs
dan MA).
Oleh sebab itu, fenomena ini
seharusnya mampu ditangkap secara cerdas serta sekaligus mampu mengilhami para
pengelola Madrasah untuk menciptakan strategi-strategi baru yang bisa
mengangkat “daya jual” sekolah Madrasah dalam percaturan dunia pendidikan
nasional.
Philip Kotler dalam Marketing Management: Analysis, Planning,
Implementation, and Control (Englewood Cliffs:1998) mengatakan, bahwa di
negara-negara maju seperti Amerika Serikat, menejemen pemasaran merupakan hal
yang diperhatikan dalam berbagai organisasi. Dalam sektor nirlaba Kotler
menegaskan, universitas yang menghadapi menurunnya jumlah pendaftar serta
meningkatnya biaya mereka menggunakan strategi pemasaran untuk mencari
mahasiswa dan dana.
Hal yang dilakukan oleh tiap-tiap
universitas di dalam menjalankan proses pemasaran ini antara lain seperti
menetapkan pasar sasaran mereka dengan jelas, memperbaiki komunikasi dan
promosi serta menanggapi kebutuhan dan keinginan mahasiswa dengan baik.
Dalam dunia pendidikan, pemasaran
dapat diadopsi sebagai suatu proses kegiatan kependidikan yang perlu dilakukan
untuk menempatkan lembaga pendidikan sebagai suatu komoditas yang menyediakan
jasa pelayanan kepada masyarakat. Jika kita cermati pendapat Kotler di atas,
maka sedikitnya ada dua elemen penting dalam upaya memasarkan lembaga
pendidikan, yaitu baiknya kualitas komunikasi dan promosi sebuah lembaga
pendidikan serta kemampuan untuk menanggapi kebutuhan dan keinginan pelanggan
yang hendak menuntut ilmu pada lembaga pendidikan yang dikelola (hlm 12).
Di tengah
kuatnya arus kompetisi antar lembaga pendidikan saat ini, maka strategi
“pemasaran” Madrasah sebagai bagian dari sosialisasi pendidikan merupakan hal
mutlak yang harus dilakukan. Hal ini bertujuan agar masyarakat memiliki cara
pandang yang objektif mengenai Madrasah serta menyadarkan pengelola Madrasah
untuk lebih kreatif menggagas program-program pendidikan yang mereka tawarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar