Jumat, 10 Januari 2014

Obrolan Singkat dan Memikat di Panti Asuhan.

Semalam, saudara Najamuddin Muhammad saya minta untuk bercerita di hadapan belasan anak-anak yang mendiami Panti Asuhan Amanah yang -Insya Allah- ke depan akan dirintis menjadi Pondok Pesantren. Apa yang disampaikan Najah untuk sebagian orang barangkali termasuk cerita yang sederhana. Namun saya pikir sangat bagus karena cukup menginspirasi bagi mereka yang selama ini memerlukan perhatian banyak pihak.

Jujur, saya sendiri terinspirasi oleh alm. Zainal Arifin Thaha yang selalu meminta setiap tamu yang berkunjung kepada beliau untuk bercerita di hadapan para santri-santrinya. Secara tematik, apa yang disampaikan oleh tamu-tamu Gus Zainal itu tergolong sederhana. Bahkan ada juga yang tergolong remeh. Namun pada saat cerita-cerita sederhana dan remeh yang berserakan itu dirangkum utuh dalam satu frame bernama kenangan, maka semuanya tidak lagi sesederhana yang dibayangkan.

Serakan cerita-cerita sederhana itu seakan menjadi celah bagi kita untuk menemukan apa yang barangkali kita butuhkan namun tidak mudah ditemukan. Atau bisa saja menjadi semacam umpan yang dapat mengantarkan kita kepada satu kesadaran bahwa ternyata banyak hal berharga di dunia ini yang bisa kita pungut. Dimana saja, dari siapa saja.

Dan itulah yang ingin saya lakukan untuk anak-anak di panti. Saya ingin mereka yang sudah memiliki kompleksitas persoalan hidup menjadi semakin tidak berdaya di hadapan kehidupannya sendiri. Saya tidak ingin mereka merasa lemah karena tidak ada yang menguatkan. Saya tidak ingin mereka merasa sendiri karena tidak banyak yang mau menemani. Saya tidak ingin mereka frustasi karena tidak banyak yang memotivasi. Untuk tujuan itulah saya mengajak beberapa teman yang berkunjung ke rumah saya untuk berbagi cerita dengan mereka. Semalam Najah, dan nanti malam Fakih.

Saya tidak memiliki pretensi muluk-muluk dengan apa yang sudah atau ingin saya lakukan untuk anak-anak di panti. Harapan saya adalah mereka bisa menyadari bahwa mereka memiliki hak yang sama untuk maju dan berhasil.

Selamat berjuang teman-temanku!


Kebumen, 11 Januari 2014. 

 

Senin, 06 Januari 2014

Di Balik Syukur (an)

Syukuran. Mungkin kalimat ini sudah tidak asing lagi di telinga. Dan biasanya sangat edentik dengan acara makan-makan dan juga minum. Seseorang mengadakan syukuran karena ia mendapatkan sesuatu yang begitu istimewa sehingga ia perlu mensyukurinya. Tidak cukup lewat ungkapan 'alhamdulillah' semata, melainkan dengan mengadakan sebuah acara tertentu sambil mengundang orang lain, entah teman, kerabat maupun rekan kerja.

Dan semalam, saya juga melakukan hal itu. Karena saya mendapat anugerah istimewa dari Allah SWT melalui institusi terhormat negeri ini, saya pun perlu mensyukuri anugerah itu. Yang membuat segalanya terasa semakin istimewa bagi saya justru bukan acara makan-makannya saja. Tetapi karena dalam acara syukuran itu saya mengajak makan-makan semua anak panti asuhan AMNH dimana saya ikut membantu (mengajar) di sana.

Ada kebahagiaan tersendiri saat melihat anak-anak itu begitu bergembira dengan acara syukuran yang saya rayakan. Kebahagiaan yang muncul lantaran saya -setidaknya- telah belajar untuk menjadikan mereka bergembira di tengah kompleksitas persoalan hidup yang mereka alami.

Satu hal yang juga perlu saya syukuri selain syukuran makan-makan seperti itu. Bahwa Allah SWT masih memperkenankan hati saya untuk memiliki kemaunan berbagi meskipun tidak seberapa. Sebab -dalam keyakinan saya- kebaikan apapun tak akan bisa saya lakukan tanpa dibarengi oleh kehendak-Nya juga. Syukran laka ya Allah. Semoga saya tetap Engkau ijinkan untuk melakukan apa yang Kau perintahkan, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Amin

Kebumen, 07 Januari 2013.