Senin, 04 November 2013

Satu Muharram Untuk Saya

Tak terasa, saya sudah memasuki usia 32 tahun. Sebuah rentang waktu yang tak singkat. Tentu ada beragam kejadian dan peristiwa tergelar sepanjang hayat yang sudah saya lalui di rentang waktu itu. Kesedihan, suka cita, optimisme dan sekaligus psimisme adalah rona-rona kehidupan yang jalin berkelindan yang mengisi sejarah hidup saya.

Seandainya Tuhan memberi jatah usia hidup saya sama persis dengan batas usia yang disematkan kepada kekasih-Nya, Muhammad Saw, maka tersisa 31 tahun lagi kesempatan saya berada di dunia ini. Tentu ini adalah jumlah waktu yang demikian panjang namun juga sekaligus singkat.

Dalam rentang waktu selama 32 tahun itu, apa yang sudah saya lakukan?

Terdengar begitu nyinyir pertanyaan ini oleh karena saya sendiri tak banyak memiliki inisiatif apapun untuk melakukan kebaikan. Saya hanya orang biasa, yang terbiasa dengan kebiasaan yang biasa-biasa saja. Atau bahkan saya sendiri jauh lebih rendah dari anggapan semacam itu. 

Ucapan selamat ulang tahun yang selalu diucapkan oleh rekan pada tanggal dan bulan kelahiran saya tiba di tiap-tiap tahunnya, seperti sebuah sapaan kosong yang sama sekali tidak memantikkan apa-apa di dalam jiwa. Padahal saya sadar bahwa mereka mengucapkan kata-kata itu selalu dengan sebuah harapan: Semoga Sukses, Tambah Berkah, Tambah Baik...dlsb.

Tapi apa yang terjadi? Tak ada. Saya benar-benar menjadi orang yang terbiasa dengan kehidupan saya sendiri. Tidur, makan, mandi, berak, beranak. Kalau demikian, apakah saya sedang menapaki lorong kesia-siaan selama rentang waktu yang panjang itu? Mungkin saja atau bahkan itu sudah pasti.

Dan hari ini, saya pun berulang tahun kembali. Tepat bersamaan dengan 1 Muharram bulan yang suci. Saya tak ingin merayakannya dengan pesta apapun, selain hanya dengan melantunkan bait-bait puisi:

Sesudah 32 Tahun

Sudah 32 tahun
Sejarah hidupku hanya terisi ribuan bualan
Bagai si gila yang selalu bingung
Menentukan pilihan

Tuhan! Apakah untuk kesia-siaan macam ini
Aku Engkau ciptakan?
Kaki melangkah
Bukan untuk menjemput apapun dari-Mu
Melainkan menghindar dan bersembunyi
Dari incara mata kasih sayang-Mu tulus itu

Sudah 32 tahun
Aku melata di atas bumi yang indah ini
Memanggul kehinaan teramat buruk
Dalam tingkah laku keji dan kemaruk

Hatiku hitam jelaga
Wajahku compang-camping karenanya
Akal pikiranku dipintal kebuntuan
Jiwa batinku menghalau kemurnian
Dan semua itu selalu kupertahankan
Selama 32 tahun

Tuhan! Engkau mungkin bertanya
Adakah hal baru yang bisa kulakukan
Pada sisa usia yang semakin bertanggalan?
Aku ragu menjawabnya
Bukan karena aku tak tahu
Tetapi, selama 32 tahun lamanya
Aku terbiasa
Memposisikan kebodohanku
Di atas segala-galanya

Tuhan!
Sudah 32 tahun
Kuhadiahi Engkau
Dengan hal-hal
Yang membosankan
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar